Terima Kasih sudah mengunjungi blog PARSA AGAM, kritik dan saran sangat kami harapkan demi sempurnanya blog ini

Kamis, 17 Februari 2011

SIMUNTU KABUPATEN AGAM

Tidak ada yang tahu dari mana dan siapa yang mencetuskan apa itu simuntu. Ada kemiripan dengan tradisi Halloiueen di negeri Barat sana. Bedanya, dandanan anak-anak bule itu merefleksikan berbagai hantu yang menyeramkan,
sedang-kan simuntu justru menunjukkan kreativitas Anak Nagari Salingka Danau Maninjau Kec. Tanjung Raya Kabupaten Agam Sumatera Barat dalam memposisikan hantu sebagai penyenang hati.
Kehadiran simuntu mengajarkan kepada anak-anak bahwa hantu itu tak ada. Yang ada hanya sebuah sosok yang didandani sejelek mungkin. Sehingga, esensi rasa takut bagi anak-anak teralih kepada sesuatu yang nyata.
Festival simuntu biasanya dilakukan setelah salat Idul Fitri atau Idul Adha dengan ritual rias yang menyeramkan bagi anak-anak, namun mengundang senyum para orang tua yang melihat anak-anak berpakaian seram datang ke rumah-rumah mereka.
Biasanya seluruh tubuh simuntu dibungkus daun kering ( Ijuak, Karisiak dan lain-lain). Anak-anak merangkainya menjadi pakaian utuh, mulai baju hingga celana.
Tak sedikit pun bagian tubuhnya yang kelihatan. Sementara mukanya ditutupi dengan topeng yang dibuat dari kertas kardus bekas yang kemudian dilukis seseram mungkin. Misalnya dengan menampilkan wajah binatang seperti serigala, atau sosok lain yang mereka bayangkan. Tapi, beberapa simuntu ada yang memakai sebo, penutup kepala.
Setelah selesai berdandan, simuntu akan diarak teman-temannya. Sambil menabuh empat sampai sembilan tambur dan tansa, mereka mendatangi rumah-rumah penduduk. Jalan mereka dibuat seperti gorila raksasa diiringi tarian jenaka.
Jika telah mendengar bunyi tambur bertabuh-tabuh, orang-orang akan berdiri di pintu memegang uang receh. Saat sampai di pintu sebuah rumah, simuntu akan menari-nari sehingga melahirkan suara gesekan bulu-bulunya yang lebat. Tarian itu berlangsung sampai si empunya rumah memasukkan uang receh ke kantong plastik besar yang tergantung di leher Simuntu.
Festival arak-arakan simuntu menambang, minta sumbangan, dimulai dari kantor wali nagari. Semua perkakas seperti tambur, tansa, akan disimpan di kantor pemuda, untuk dipakai esok hari. Setiap hari biasanya ada empat sampai enam simuntu yang memeriahkan lebaran. Mereka mendatangi setiap rumah meminta sumbangan, dan biasanya uang terkumpul digunakan untuk kegiatan kepemudaan, masjid, atau membantu masyarakat yang terkena musibah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar